BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etnografi adalah suatu pendekatan penelitian yang mendeskripsikan dan menginterpretasikan sistem budaya atau kelompok sosial tertentu. Peneliti memeriksa pola-pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup suatu kelompok masyarakat. Peneliti mempelajari tema-tema budaya perilaku, bahasa, dan interaksi kelompok yang bersangkutan.
Sebagai proses dan sekaligus hasil penelitian, etnografi adalah sebuah produk penelitian yang biasanya berupa laporan dalam bentuk buku. Sebagai proses, etnografi mencakup observasi panjang terhadap kelomok, biasanya melalui observasi partisipan dimana peneliti meleburkan diri ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang bersangkutan atau melalui wawancara orang per orang dengan anggota kelompok. Peneliti mengkaji makna-makna perilaku, bahasa, dan interaksi kelompok budaya.
Etnografi mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam antropologi sosial dan sosiologi melalui kajian-kajian budaya komparatif yang dilakukan oleh Bosa, Malinowski, Radcliffe-Brown, dan Mead pada permulaan abad ke 20. Meskipun mereka mengambil ilmu-ilmu alam sebagai model untuk penelitiannya, mereka membedakannya dari pendekatan ilmiah tradisional melalui pengumpulan data tangan pertama mengenai budaya primitif yang eksis. Pada tahun 1920an dan 1930an, sosiolog seperti Park, Dewey, dan Mead dari Universitas Chicago menyesuaikan metode-metode lapangan antropologi kekajian kelompok budaya di Amerika Serikat. Kini, pendekatan ilmiah ke a rah etnografi telah berkembang menjadi aliran-aliran atau sub-sub etnografi dengan orientasi dan tujuan teoretik yang berbeda-beda seperti fungsionalisme struktural, interaksionalisme, simbolik, antropologi budaya dan kognitif, feminimisme, marksisme, etnometodologi, teori kritis, kajian budaya, dan posmodernisme.
Hal ini telah membawa kearah pendekatan umum untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan kelompok budaya atau sosial, dan para penulis perlu eksplisit mengenai aliran apa yang mereka dukung ketika mereka membahas pendekatan ini, terutama sebagaimana yang dianut oleh para peneliti di berbagai lapangan di luar antropologi dan sosiologi, seperti ilmu kesehatan dan pendidikan.
Pendekatan yang direkomendasikan di buku ini banyak didasarkan pada prosedur dari pendekatan sosiologi dari Hammersley dan Atkinson serta antropologi pendidikan dari Wolcott dan Fetterman. Peneliti mendapatkan bahwa etnografer melalui kajiannya dengan memperhatikan interaksi masyarakat dalam setting sebagaimana biasanya dan mencermati pola-pola menonjol seperti siklus, peristiwa, dan tema-tema budaya.
Budaya adalah sebuah istilah yang tidak berbentuk, bukan sesuatu yang bergantung pada, tetapi merupakan sesuatu yang disandangkan peneliti terhadap kelompok ketika mencari pola-pola kehidupan sehari-hari. Hal ini disimpulkan dari kata-kata atau tindakan-tindakan para anggota kelompook dan diberikan kepada kelompok ini oleh peneliti. Hal itu terdiri atas pencarian apa yang dilakukan (perilaku) masyarakat,apa yang mereka katakana (bahasa), dan beberapa penekanan antara apa yang betul-betul mereka lakukan dan apa yang seharusnya mereka lakukan, serta apa yang mereka buat dan digunakan (artifak). Karena itu, etnografer mengumpulkan artifak dan bukti pelacakan fisik; menemukan cerita, ritual, dan mitos-mitos; serta/atau mengungkap tema-tema budaya.
Tema-tema tersebut bermacam-macam. Fetterman menyarankan agar tema-tema struktur dan fungsi bisa memandu penelitian tentang organisasi sisoal. Struktur mengacu ke struktur sosial atau konfigurasi kelompok, seperti struktur kekerabatan atau politik kelompok sosial budaya. Fungsi mengacu ke pola-pola hubungan sosial diantara anggota kelompok yang membantu pengaturan perilaku.
Untuk membangun pola-pola ini, etnografer perlu terlibat dalam pekerjaan lapangan yang luas, disebut kerja lapangan, yang mengumpulkan informasi melalui observasi, wawancara dan bahan-bahan lain yang membantu dalam mengembangan potret dan penetapan aturan budaya kelompok budaya. Sebagaimana komentar Wolcott, peneliti menetapkan apa yang seharusnya diketahui orang asing untuk dapat memahami apa yang telah terjadi disni atau, lebih menentangnya lagi, apa yang seharusnya diketahui orang asing agar mampu berpartisipasi secara lebih berguna.
Etnografer sensitif terhadap isyu-isyu kerja lapangan seperti memperoleh akses ke kelompok melalui para penjaga pintu, yaitu orang-orang yang memberikan pemahaman yang berguna ke dalam kelompok dan dapat mengarahkan peneliti ke informan untuk dapat mengadakan kontak-kontak yang diperlukan.Peneliti lapangan juga berkepentingan tentang pertukaran antara peneliti dan subjek yang akan dikaji, agar segala sesuatunya akan kembali ke masyarakat yang dikaji untuk pertukaran informasi mereka, dan reaksivitas, yaitu dampak peneliti berada di lapangan dan masyarakat yang dikaji. Sesuai dengan standar etika, etnografer membuat kehadirannya diketahui agar kecurangan terhadap tujuan atau maksud penelitian tidak terjadi.
Karena sensitivitas terhadap isyu-isyu lapangan, prosedur di dalam etnografi memerlukan rincian deskripsi kelompok budaya, analisis kelompok budaya oleh tema-tema atau perspektif, dan beberapa interpretasi kelompok budaya untuk makna-makna interaksi sosial dan generalisasi tentang kehidupan sosial manusia. Bobot yang diberikan peneliti terhadap ketiga aspek ini bervariasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan diatas penyusun dapat merumuskan beberapa rumusan masalaha yang berkenaan dengan hal tersebut, diantaranya adalah:
1. Apa pengertian penelitian etnografi sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif ?
2. Berapa tipe-tipe etnografi sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif?
3. Bagaimana prosedur-prosedur dalam penelitian etnografi sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif?
4. Apa tantangan dalam penelitian etnografi sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif ?
5. Bagaimanakah desain penelitian etnografi sebagai pendekatan dalam penekitian kualitatif ?
C. Tujuan
Adapun tujua yang hendak dicapai dalam penyusuna makalah ini adalah:
1. Untuk memahami pengertian penelitian etnografi sebagai pendekatan dalam penelitian lualitaif
2. Untuk mengetahui tipe-tipe dalam penelitian etnografi sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif
3. Untuk mengetahui prosedur-prosedur dalam penelitian etnografi sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif
4. Untuk mengetahui tantangan dalam penelitian etnografi sebagai pendekatan dalam penelitian kualitatif
5. Untuk mengetahui desain penelitian etnografi sebagai pendekatan dalam penekitian kualitatif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etnografi
Fokus etnografi adalah keseluruhan budaya suatu kelompok. Sebuah warisan, suatu waktu dalam kelompok budaya yang kemungkinan kecil (contoh kelompok kecil misalnya guru) tetapi memiliki keanekaragaman budaya, melibatkan banyak orang dalam waktu yang lama. Etnografi adalah sebuah desain kualitatif dimana peneliti mendeskripsikan dan menginterpretasikan, membagi dan mempelajari pola-pola nilai, tingkah laku, keyakinan/kepercayaan dan bahasa dari kelompok budaya tertentu (Tearis, 1968). Sebuah proses hasil dari suatu penelitian (Agar, 1980), etnografi adalah suatu cara mempelajari budaya suatu kelompok sampai selesai, kemudian menulis hasil penelitian. Proses etnografi menyertai eksitensi observasi terhadap kelompok dengan pendekatan observasi partisipan, dimana peneliti ikut bergabung di dalam kehidupan seseorang, mengobservasi dan mewawancarai kelompok partisipan.
Kajian etnografi, membahas tentang tingkah laku, bahasa dan interaksi antar anggota pada suatu kelompok budaya.
B. Tipe-tipe Etnografi
Banyak macam tentang etnografi, diantaranya comfessional ethnography, life history, auto ethnography, feminist ethnography, ethnography novel, dan ethnography visual, seperti potograpi, vedio, dan media elektronik (Denzin,dkk, 1988). Dua bentuk etnografi yang paling popular dan yang paling ditekan disini yaitu realist ethnography dan critical ethnography.
a. Realist ethnography adalah suatu pendekatan tradisional yang memakai antropologi budaya.
b. Critical ethnography adalah tipe penelitian etnografi dimana penulis menganjurkan kebebasan terhadap kelompok yang disingkirkan dalam masyarakat (Thomas, 1993).
C. Prosedur-prosedur dalam Etnografi
Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan kajian etnografi sebagai beikut :
1. Tetapkan masalah penelitian. Penyesuaian etnografi membutuhkan deskripsi mengenai bagaimana budaya kelompok bekerja dan eksplorasi kepercayaan, bahasa, tingkah laku dan isyu-isyu seperti kekuatan, resistensi dan dominasi.
2. Identifikasi dan menetapkan kelompok budaya yang akan dikaji
3. Memilih tema budaya yang akan dikaji dalam kelompok.
4. Untuk mengkaji konsep budaya, tetapkan tipe etnografi mana yang akan dipakai.
5. Pengumpulan informasi dimana kelompok itu hidup dan bekerja.
6. Mengerjakan pengaturan ketentuan-ketentuan pola sebagai hasil akhir analisis.
D. Tantangan dalam Etnografi
Menurut Creswell (2007; 72) kajian etnografi menantang untuk alasan-alasan sebagai berikut:
a. Peneliti membutuhkan informasi lapangan mengenai antropologi budaya, makna-makna sistem sosial budaya, dan konsep-konsep yang biasanya dieksplorasi oleh para etnograper.
b. Waktu untuk mengumpulkan data leluasa, waktu yang cukup panjang berada di lapangan.
c. Pada banyak etnografi, narasi ditulis dalam bentuk sastra, hampir semacam pendekatan dongeng, sebuah pendekatan yang mungkin membatasi audiens dan mungkin menantang penulis yang sudah terbiasa dengan pendekatan tradisional dalam menulis penelitian ilmu-ilmu sosial dan humanism.
d. Ada kemungkinan bahwa peneliti akan menjadi orang dalam dan tidak mampu menyempurnakan kajian ini. Hal ini merupakan sebuah persoalan kompleks yang biasa dijumpai para etnograper yang berkelana masuk ke dalam kelompok atau sistem budaya yang tak dikenali sebelumnya.
E. Desain Etnografi
a. Fokus Kajian Etnografi
Berkenaan dengan fokus penelitian, etnografi memotret kelompok sosial budaya. Penelitian etnografi tidak mengembangkan teori, tidak mengkaji fenomena, riwayat hidup seseorang ataupun kasus melainkan mengkaji budaya. Ini berarti bahwa etnografi berkepentingan untuk mengkaji artifak, pola-pola tindak, pola gagasan, ataupun sistem nilai suatu kelompok sosial sebagaimana yang menjadi ruang lingkup konsep budaya itu sendiri.
b. Penggunaan Pendekatan Antropologi dan Sosiologi
Dalam etnografi direkomendasikan pendekatan antropologi dan sosiologi yang digunakan oleh antropolog budaya Wolcott dan Fetterman,serta sosiolog Hammersley dan Atkinson.
c. Penggunaan Teori
Etnografi merupakan sebuah pendekatan dimana peneliti membawa lensa budaya yang kuat pada kajiannya. Meskipun lensa ini membentuk observasi dan pertanyaan awalnya dilapangan, hal itu bisa moderat dan berubah di sepanjang pekerjaan lapangan. Kebanyakan etnograper menggunkan salah satu dari dua teori budaya : (1) teori gagasan yang menyarankan bahwa perubahan itu merupakan hasil dari kegiatan mental dan gagasan, atau (2) teori mentalistik yang berpegang pada pendirian bahwa kondisi material seperti sumber, uang, dan bentuk produksi, merupakan pengubah yang primer.
d. Pertanyaan Penelitian
Dalam etnografi peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan topikal yang mengaitkan ke (a) deskripsi konteks, (b) analisis tema utama, dan (c) interpretasi perilaku budaya (Wolcott, 1994). Dengan menggunakan itu Spradley (1979,1980) sebagai alternatif dapat digunakan 12 langkah dalam bukunya “urutan keputusan penelitian” yaitu sebagai berikut :
1. Situasi sosial apakah yang perlu dikaji ?
2. Bagaimana peneliti seharusnya mengobservasi situasi ini ?
3. Apakah yang direkam mengenai situasi tersebut ?
4. Apa yang diobservasi tentang situasi tersebut ?
5. Ranah budaya apakah yang muncul dari kajian terhadap situasi ini ?
6. Obvervasi terfokus dan lebih spesifik apakah yang bisa dibuat ?
7. Taksonomi apakah yang muncul dari observasi terfokus tersebut ?
8. Dengan cara melihat lebih spesifik lg, observasi apakah yang bisa dibuat ?
9. Komponen-komponen apakah yang muncul dari observasi tersebut ?
10. Tema-tema apakah yang muncul ?
11. Inventori kultural apakah yang muncul ?
12. Bagaimana peneliti menulis laporan etnografinya ?
e. Situs yang dikaji
Yang dikaji adalah situs tunggal, tempat sebuah kelompok budaya mengembangkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan asumsi-asumsi. Peneliti perlu memilih kelompok ( atau individu yang mewakili kelompok ) yang tepat untuk dikaji, terutama kelompok yang masih asing bagi peneliti dan bisa diakses.
f. Masalah Akses dan Keakraban
Biasanya akses dimulai dari penjaga pintu, seorang anggota kelompok atau orang dalam kelompok budaya yang bersangkutan. Penjaga pintu ini merupakan orang pertama yang dikontrak oleh peneliti dan memandu peneliti ke para informan. Mendekati secara perlahan kepada penjaga pintu merupakan tindakan yang sangat dianjurkan bagi peneliti budaya pemula. Penjaga pintu membutuhkan informasi tentang kajian ini yang mencakup butir-butir berikut ini yang disaran oleh bogdan dan Biklen (1992):
1. Mengapa situs tersebut dipilih ?
2. Apa yang akan dikerjakan di situs selama penelitian ( waktu dan sumber yang dibutuhkan partisipan dan jumlah waktu yang harus digunakan oleh peneliti) ?
3. Apakah kehadiran peneliti mengganggu ?
4. Bagaimana hasil penelitian dilaporkan ?
5. Apa yang akan diperoleh penjaga pintu dari kajian ini ?
g. Strategi Sampling
Dalam etnografi, setelah peneliti memilih situs beserta kelompok budayanya, keputusan berikutnya yang biasanya diambil adalah berkenaan dengan siapa dan apa yang akan dikaji. Karena itu, perlu dilakukan penarikan sampel di dalam kajian budaya. Salah satu prosedur yang direkomendasikan dalam hal ini adalah pendekatan jaringan besar, dimana pertama-tama peneliti bergaul dengan setiap orang yang terkait. Etnograper menggantungkan diri pada keputusannya untuk memilih anggota sub kultur atau unit yang didasarkan pada pertanyaan penelitian. Mereka mengambil keuntungan dari kesempatan (sampling kesempatan) atau menetapkan kriteria untuk pemilihan individu (sampling kriteria). Kriteria untuk memilih siapa dan apa yang akan dikaji didasarkan atas pencapaian beberapa perspektif berkenaan dengan waktu dalam kehidupan sosial kelompok, masyarakat yang mewakili kelompok budaya berkenaan dengan geografis, dan konteks yang memandu ke perbedaan bentuk perilaku.
h. Bentuk-bentuk Data
Peneliti mengumpulkan deskripsi perilaku budaya melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan artifak, meskipun observasi dan wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling populer. Observasi partisipan, misalnya, membuka peluang kepada peneliti untuk menjadikan dirinya sebagai orang luar sepenuhnya atau orang dalam sepenuhnya. Pendekatan perubahan peran dari outsider ke insider melalui kajian etnografi tersebut didokumentasikan dengan baik dalam kajian di lapangan.
i. Analisis Data
Untuk penelitian etnograpi ada tiga aspek transpormasi data yang dikembangkan, yaitu deskripsi, analisis, dan interpretasi kelompok budaya. Diyakini bahwa sebuah permulaan yang bagus untuk menulis etnograpi adalah mendeskripsikan kelompok budaya dan settingnya. Deskripsi ini dianalisis dengan menyajikan informasi dalam urutan kronologis atau dengan menggunakan urutan peneliti atau narator. Penulis menjelaskan deskripsi tentang kehidupan sehari-hari dalam kelompok atau individu melalui penfokusan yang berkembang. Terakhir, yaitu, teknik lain, mencakup penfokusan peristiwa kritis atau kunci, pengembangan cerita lengkap dengan karakternya, menulisnya sebagai misteri, menelaah kelompok dalam interaksi, mengikuti kerangka kerja analitis, atau menunjukkan perspsektif yang berbeda melalui pandangan informan.
Analisis adalah prosedur sorting-sisi kuantitatif dari penelitian kualitatif. Ini mencakup penekanan bahan spesifik yang dikenalkan pada tahap deskripsi atau penyajian temuan melalui tabel-tabel, bagan-bagan, diagram-diagram, dan gambar-gambar. Penelitian juga menganalisis data melalui penggunaan prosedur yang sistematis seperti pembuatan taksonomi, pengembangan tabel komparasi, dan pengembangan tabel semantik. Barangkali prosedur yang paling popular adalah pencarian keberaturan yang terpola pada data. Bentuk analisis yang lain terdiri atas pembandingan kelompok budaya ke kelompok yang lain, evaluasi kelompok berkenaan dengan standar, dan penggambaran hubungan antara kelompok budaya dan kerangka kerja teoretik yang lebih besar. Tahapan analisis yang lain mencakup proses penelitian dan pengajuan desain ulang untuk penelitian yang bersangkutan, membuat interpretasi kelompok budaya etnografis adalah juga merupakan tahap transformasi data
j. Penulisan Laporan Etnografi
a. Struktur Keseluruhan
Banyak etnografer yang menulis laporannya dalam bentuk dongeng realis yang langsung memberikan potret fakta budaya yang dikaji tanpa banyak informasi tentang bagaimana etnografer membuat potret tersebut. Pada jenis dongeng ini, penulis menggunakan sudut pandang yang memuat perspektif ilmiah dan obyektif. Dongeng pengakuan mengambil pendekatan yang sebaliknya, dan peneliti lebih berfokus ke pengalaman lapangannya ketimbang ke aspek budaya. Jenis yang terakhir, yaitu dongeng impresionistik, merupakan dongeng kasus pribadi dalam bentuk dramatis.
Di dalam dongeng, baik yang pengakuan maupun impresionistik, digunakan sudut pandang orang pertama yang memuat gaya penulisan pribadi. Van Maanen menyatakan bahwa lainnya, dongeng yang jarang ditulis, juga ada yaitu, dongeng kritis yang memfokuskan diri pada isyu-isyu sosial, politis, simbolik, atau ekonomi; dongeng formalis yang membangun, dimana etnografer menulis seperti jurnal, meminjam teknik penulisan fiksi dari novelis; dan dongeng yang diceritakan secara bersama oleh pekerja lapangan dan informan.
Pada catatan yang sedikit berbeda tetapi berkaitan dengan struktur retorika yang lebih besar, Wolcott menambahkan tiga komponen inkuiri kualitatif yang cukup baik.Pertama, etnografer menulis deskripsi budaya yangmenjawab pertanyaan: apakah yang sedang terjadi di sini? Wolcott menawarkan teknik-teknik penulisan deskripsi: urutan kronologis, urutan menurut peneliti atau narrator, penfokusan progresif, peristiwa kritis atau kunci, kelompok interaksi, kerangka kerja analistik, dan cerita yang diketengahkan melalui beberapa perspektif.
Kedua, setelah mendeskripsikan budaya dengan menggunakan salah satu dari pendekatan-pendekatan ini, peneliti menganalisis data.Analisis mencakup pemberian garis besar pada temuan, penyajian temuan, pelaporan prosedur pekerjaan lapangan, identifikasi keberaturan yang mempola pada data, pembandingan kasus dengan kasus yang telah diketahui, evaluasi informasi, kontekstualisasi informasi dalam kerangka kerja analistik yang lebih luas, pengkritikan proses penelitian, dan pengajuan desain ulang terhadap penelitian. Semua teknik analisis ini, identifikasi pola-pola atau tema-tema, merupakan teknik yang paling utama pada kebanyakan tulisan etnografi.
Ketiga, interpretasi hendaknya dilibatkan dalam struktur retorika. Hal ini berarti bahwa peneliti dapat melakukan beberapa alternative tindakan misalnya memperluas analisis,membuat kesimpulan dari informasi,melakukan apa yang disarankan penjaga pintu, kembali ke teori, memfokuskan kembali interpretasi itu sendiri, mengkaitkannya dengan pengalaman pribadi, menganalisis atau menafsirkan proses interpretif, atau mengeksplorasi format-format alternatif. Dari strategi interpretif ini, direkomendasikan pendekatan yang menginterpretasikan temuan baik di dalam konteks pengalaman peneliti ataupun di dalam batang tubuh penelitian ilmiah yang lebih besar pada topic yang bersangkutan.
Garis besar laporan yang lebih rinci dan terstruktur ditemukan pada tulisan Emerson dkk. Mereka membahas pengembangan kajian etnografi sebagai narasi tematik, yaitu sebuah cerita yang ditemukan secarasistematik, tetapi masih relatif longgar. Struktur membahas pengembangan kajian etnografi sebagai narasi tematik, yaitu sebuah cerita yang ditemukan secarasistematik, tetapi masih relatif longgar. Struktur narasi tematik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pertama adalah pendahuluan yang melibatkan perhatian pembaca ada memfokuskan kajian, kemudian mengaitkan interpretasi peneliti ke isyu-isyu yang lebih luas dari disiplin ilmu yang diacu.
b. Setelah itu, peneliti mengetengahkan setting dan metode untuk mempelajarinya. Di bagian ini, etnografer juga mengaitkan rincian tentang entri dan partisipan dalam setting, begitu juga keuntungan dan kendala peran penelitian etnografer.
c. Selanjutnya peneliti memberikan klaim analistik dengan cara menggabungkan butir-butir analistik, menambahkan informasi orientasi tentang butir tersebut, menyajikan kutipan langsung, seta mengembangkan komentar analistik tentang kutipan tersebut.
d. Pada konklusi, penulis berefleksi dan mengelaborasi tesis yang dikembangkan di bagian awal. Interpretasi ini memperluas atau memodifikasi tesis tersebut berkenaan dengan bahan yang dikaji, mengaitkan tesis dengan teori umum atau isyu terkini, ataupun memberikan komentar terhadap tesis, metode, atau asumsi-asumsi penelitian.
b. Struktur Bagian
Entografer bisa menggunakan struktur bagian dalam bentuk perumpamaan. Kiasan, misalnya, memberikan gambaran tentang ruang dan visual atau karakterisasi yang dramatis mengenai tindakan-tindakan sosial tertentu. Perumpamaan yang lain adalah penyajian contoh-contoh, ilustrasi, kasus atau vignyet yang membentuk bagian tetapi mengacu kepada keseluruhan. Etnografer menyajikan perumpamaan cerita yangmenggambarkan sebab-akibat yang mengikuti narasi utama.
Perangkat yang lebih spesifik menggambarkan adegan dalam etnografi. Para penulis dapat menggabungkan rincian atau menulis dengan padat atau secara singkat deskripsi yang membuat para pembaca merasa mengalami, atau barangkali dapat mengalami, peristiwa-peristiwa yang dideskripsikan. Denzim berbicara tentang pentingnya menggunakan deskripsi tebal dalam mebuat laporan penelitian kualitatif. Ini berarti bahwa narasi yang ditulis mesti menyajikan rincian, konteks, perasaan, dan jaringan hubungan sosial, mengembangkan perasaan diri, dan bahwa suara, perasaan, tindakan, dan makna-makna individu yang berinteraksi itu didengar.
Etnografer juga bisa menyajikan dialog. Dialog tersebut menjadi cerdik ketika ditulis di dalam bahasa dialek dan alamiah tentang budaya. Para penulis juga menggantungkan diri pada karakterisasi dimana manusia terlibat untuk berbicara, bertindak dan mengaitkan ke orang lain.
Para etnografer mengetengahkan cerita bagus. Salah satu bentuk tulisan kualitatif eksperimental adalah bentuk representasi fiksi dimana penulis mengambil gaya sastra seperti kilas balik, kilas depan, sudut pandang alternatif, karakterisasi mendalam, pergantian suasana, dialog dan terkadang narator yang serba mengetahui.
k. Standar Kualitas dan Verifikasi
Berkenaan dengan estandar kualitas dan verifikasi, Hammersley dan Atkinson menggunakan trianggulasi dan validasi responden.Yang pertama membandingkan informasi dari tahapan kerja lapangan yang berbeda, dari butir-butir yang berbeda dalam siklus temporer yang terjadi dalam setting, dan dari peneliti yang berbeda. Kedua, validasi responden terdiri atas penentuan apakah pelaku yang keyakinan dan perilakunya dideskripsikan menyadari validitas pada pertimbangan mereka. Para pelaku ini mungkin memiliki akses pada pengetahuan spesifik tertentu tentang konteks peristiwa, motivasi, dan waktu, meskipun pengetahuan ini mungkin salah, salah tafsir, salah deskripsi, atau dipengaruhi oleh posisi sosial mereka atau persepsi mereka mengenai proses penelitian ini.
Thomas membahas dua hal dimana verifikasi terjadi di dalam sebuah penelitian: pengumpulan data dan penulisan narasi laporan. Pada pengumpulan data, etnografer mencermati observasi, perekaman, dan analasis data. Membawa bukti dari beberapa sumber-trianggulasi-memperkaya bukti dan menjaga kekeliruan yang potensial. Meminta informan atau peneliti lain mambaca draf laporan dan mengkaji ulang penelitian juga menjelaskan apakah bukti tersebut akurat dan konsep-konsepnya padat. Terakhir, refleksi pribadi dibutuhkan oleh peneliti. Dia mengajukan pertanyaan: bagaiman tingkat kebenaran penelitian ini? Apakah implikasinya sosial temuan kita dan bagaimana kita menyajikannya?
Dari Fetterman, Hammersley dan Atkinson, dan Thomas, tampak adanya keterbatasan perhatian para etnografer terhadap verifikasi dan pembahasan ringkas tentang perlunya trianggulasi data, penggunakan balikan informan, refleksi pribadi, balikan dari penelitian lain, dan perhatian terhadap implikasi sosial. Selain itu, juga tampak adanya minat terhadap tahapan pekerjaan lapangan penelitian dimana peneliti mengecek sumber datanya dan mengandalkan pembangunan kolaborasi dengan para informan.
Dari penekanan terhadap pekerjaan lapangan ini ditemukan standar kualitas yang dikembangkan para etnografer. Dotekankan bahwa tuntutan yang paling penting bagi pendekatan etnografis adalah menjelaskan perilaku dan sudut pandang responden dan merekam secara sistematik informasinya dengan menggunakan catatan lapangan, tape recorder, dan kamera. Hal ini menuntut kehadiran etnografer di dalam situasi asli dan terlibat dalam interaksi secara konstan antara observasi dan wawancara. Hal ini diperkuat oleh spindler dan spindler (1987) dalam Creswell (2007; 217) terdapat Sembilan kriteria etnografi yang baik sebagai berikut :
Kriteria I: Observasi adalah kontekstual
Kriteria II: Hipotesis-hipotesis muncul di dalam situs ketika penelitian sedang berlangsung.
Kriteria III: Observasi memakan waktu dan diulang-ulang.
Kriteria IV: Melalui wawancara, observasi, dan prosedur yang lain, pandangan yang asli terhadap realitas dapat dicapai.
Kriteri V : Etnografer memunculkan pengetahuan dari para informan partisipan dalam bentuk yang sistematis.
Kriteria VI : Instrumen, kode-kode, jadwal, kuesioner, agenda wawancara, dan sebagainya berkembang di dalam situs sebagai hasil dari inkuiri.
Kriteria VII : Perspektif komparatif, lintas budaya seringkali merupakan asumsi yang tak dinyatakan.
Kriteria VIII : Etnografer membuat eksplisit sesuatu yang implisit dan tersembunyi bagi informan.
Kretia IX : Pewawancara etnografi tidak boleh menentukan dulu respons dari pertanyaan yang akan diajukan.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
a. Etnografi adalah suatu cara mempelajari budaya suatu kelompok sampai selesai, kemudian menulis hasil penelitian. Proses etnografi menyertai eksitensi observasi terhadap kelompok dengan pendekatan observasi partisipan, dimana peneliti ikut bergabung di dalam kehidupan seseorang, mengobservasi dan mewawancarai kelompok partisipan.
b. Dua bentuk etnografi yang paling popular dan yang paling ditekan disini yaitu realist ethnography dan critical ethnography.
c. Langkah-langkah untuk melaksanakan kajian etnografi sebagai beikut :
1. Tetapkan masalah penelitian.
2. Identifikasi dan menetapkan kelompok budaya yang akan dikaji
3. Memilih tema budaya yang akan dikaji dalam kelompok.
4. Untuk mengkaji konsep budaya, tetapkan tipe etnografi mana yang akan dipakai.
5. Pengumpulan informasi dimana kelompok itu hidup dan bekerja.
6. Mengerjakan pengaturan ketentuan-ketentuan pola sebagai hasil akhir analisis.
d. Etnografi menantang untuk alasan-alasan sebagai berikut:
1. Kebutuhan akan informasi lapangan
2. waktu yang cukup panjang berada di lapangan.
3. Kebanyakan narasi ditulis dalam bentuk sastra, hampir semacam pendekatan dongeng, sebuah pendekatan yang mungkin membatasi audiens dalam memahami
4. Ada kemungkinan bahwa peneliti tidak akan mampu menyempurnakan kajian ini, karena kelompok atau sistem budaya yang dikaji tidak dikenali sebelumnya.
e. Etnografi terfokus untuk mengkaji artifak, pola-pola tindak, pola gagasan, ataupun sistem nilai suatu kelompok sosial sebagaimana yang menjadi ruang lingkup konsep budaya itu sendiri.
f. Kebanyakan etnograper menggunkan salah satu dari dua teori budaya :
(1) teori gagasan yang menyarankan bahwa perubahan itu merupakan hasil dari kegiatan mental dan gagasan, atau
(2) teori mentalistik yang berpegang pada pendirian bahwa kondisi material seperti sumber, uang, dan bentuk produksi, merupakan pengubah yang primer.
g. Kriteria untuk memilih siapa dan apa yang akan dikaji didasarkan atas pencapaian beberapa perspektif berkenaan dengan waktu dalam kehidupan sosial kelompok, masyarakat yang mewakili kelompok budaya berkenaan dengan geografis, dan konteks yang memandu ke perbedaan bentuk perilaku.
h. Peneliti mengumpulkan deskripsi perilaku budaya melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan artifak.
i. Untuk penelitian etnografi ada tiga aspek transpormasi data yang dikembangkan, yaitu deskripsi, analisis, dan interpretasi kelompok budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, Jhon W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design. Lincoln: University of Nebraska
Moedzakir, M. Djauzi. 2010. Desain dan Model Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas Negeri Malang (UM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar